Sabtu, 06 Agustus 2011

Stimulasi Manual dengan Jari

Stimulasi dengan sentuhan manual pada organ intim wanita dapat membangkitkan gairah seksual wanita. Stimulasi langsung pada klitoris kadang-kadang menimbulkan ketidaknyamanan pada beberapa wanita. Sentuhan diatas dan sekitar klitoris lebih disukai,termasuk dengan memasukkan jari ke liang vagina pasangan.
Memasukkan jari ke liang vagina selain dapat menambah bangkitan seksual isteri, dapat juga meningkatkan sensasi dalam hubungan intim karena di bagian depan dinding vagina terdapat Grafenberg spot (G-spot). Dengan vagina yang terlubrikasi dengan baik, penetrasi penis ke vagina menjadi lebih mudah serta dapat mengurangi ketidaknyamanan akibat gesekan yang terjadi.
Memasukkan jari ke liang vagina masih merupakan hubungan yang sehat. Yang terpenting adalah menjaga kebersihan jari-jari dan kuku, selain itu bila ada stimulasi anal sebelumnya agar jari-jari tidak menyentuh bagian organ intim pasangan baik itu vulva maupun vagina agar kuman / bakteri yang ada di dubur tidak masuk ke vagina yang dapat menyebabkan infeksi di organ intim.

Ereksi

      Ereksi merupakan perubahan pada pembuluh darah dimana tergantung dari derajat keseimbangan antara inflow arteri dan outflow vena. Ketika inflow arteri rendah dan outflow vena dlam keadaan seimbang, penis dalam kondisi lemas. Ketika peningkatan inflow dan outflow turun, terjadi tumesen.
  
       Dalam keadaan lemas, sistem saraf simpatetik dominan menjaga arteriol dan otot polos kavernosa tetap berkontraksi. Aliran darah ke penis tetap rendah. Ereksi terjadi dibawah pengaruh stimulasi parasimpatis dimana arteriole berdilatasi dan otot polos trabeluka relaksasi. Lue dkk, tahun 1980- an, telah teridentifikasi 8 fase ereksi :

1. Fase 0 : Fase flaccid
Penis flaccid dibawah pengaruh saraf simpatis. Arteri inflow rendah (dibawah 15 cm/detik) dan otot polos trabekula berkontraksi. Sinusoid kosong dan gas darah sama dengan darah vena.

2. Fase 1 : Fase pengisian
Stimulasi saraf parasimpatis memnyebabkan dilatasi arteri dengan arteri flow meningkat drastis lebih dari 30 cm / detik. Relaksasi trabekula menyebabkan pengisiang sinusoid tanpa peningkatan secara signifikan tekanan intrakavernosa.

3. Fase 2 : Fase tumesen
Tekanan intrakevernosa mulai meningkat. Tekanan meningkat diatas tekanan diastolik tekanan darah, flow arteri terus meningkat hanya selama fase sistolik. Sinusoid membesar dan beberapa menekan pleksus vena subtunika. Penis memanjang dan membesar ke kapasitas maksimal.

4. Fase 3 : Fase ereksi penuh
Tekanan intrakavernosa terus meningkat sekitar 90 % tekanan darah sistolik. Aliran darah arteri ke dalam penis menurun tetapi masih lebih besar dari selama fase flaccid. Pembesaran tekanan sinusoid pada pleksus vena subtunika mengurang aliran ke vena eminen. Pada saat ini gas darah sama dengan gas darah arteri.

5. Fase 4 : Fase ereksi rigid
Dibawah pengaruh saraf pudenda, kontraksi otot ischiokavernosa, memeras krura dan meningkatkan tekanan intrakavernosa diatas tekanan darah sistolik. Penis menjadi kaku dan tegak. Otot ischiokavernosa dapat berkontraksi volunter atau dibawah pengaruh reflek bulbokavernosa (yang maintain kekakuan selama penetrasi). Arteri inflow tidak dapat masuk lagi dan vena eminen menutup sempurna. Ketika otot rangka menjadi lelah terjadi penurunan tekanan intrakavernosa kembali ke level fase ereksi penuh, mengikuti sirkulasi kembali ke jaringan kavernosa.

6. Fase 5 : Fase detumesen awal
Sedikit peningkatan tekanan intrakevernosa, mungkin diinduksi oleh stimulasi simpathetik yang menutup outflow vena.

7. Fase 6 : Fase detumesen lambat
Kontraksi otot polos trabekula, arteri helisina berkontriksi dan tekanan intrakavernosa menurun, terjadi penurunan tekanan vena subtunika dan peningkatan outflow vena.

8. Fase 7 : Fase detumesen cepat
Stimulasi simpatetik menurun secara cepat arteri inflow dan tekanan intrakavernosa, dengan peningkatan outflow dalam vena dan detumesen cepat.